PENGGUNAAN ANASTESI LOKAL
Obat-obat anastesi lokal dikembangkan
dari kokain yang digunakan untuk pertama kalinya dalam kodokteran gigi dan
oftalmologi pada abad ke-19. Kini kokain sudah digantikan dengan
lignokain(lidokain), bupivakain(Marcain®),prilokain dan ropivakain. Prilokain
terutama digunakan dalam preparat topikal. Obat-obat anastesi lokal memiliki
peranan yang penting dalam meredakan rasa nyeri untuk jarak waktu yang singkat.
Dalam kebidanan, obat-obat tersebut diberikan lewat beberapa cara:
•
Topikal,
misalnya pada pemasangan infus
•
Subkutan/intradermal
pada penjahitan luka
•
Infiltrasi
disekeliling serabut saraf yang tunggal, misalnya blok anastesi pudendus
•
Epidural,
pada permukaan duramater bagi persalinan atau seksio Caesarea
•
Spinal
(intratekal), kedalam cairan serebrospinal pada ruang subaraknoid(intratekal)
bagi persalinan atau seksio Caesarea
BAGAIMANA TUBUH MENANGANI OBAT ANASTESI LOKAL
Tanpa bergantung
pada cara pemberiaannya, obat anastesi lokal akan berjalan kedalam aliran darah
dan dari situ, obat-obat ini akan dieliminasi (Catterall & Mackie, 1996).
Obat anastesi lokal melintas dari tubuh ibu kedalam janinnya dan disana obat
ini merupakan penyebab timbulnya efek samping pada janin. Seperti pada
pemberian meperidin (petidin), pengangkutan obat lewat plasenta dan
‘keterperangkapannya’ disini akan meningkat jika janin berada dalam keadaan
asidosis. Obat anastesi lokal terikat secara luas dengan jaringan tubuh dan glikoprotein
alfa 1-asam (protein plasma dalam sirkulasi darah ibu dan janinnya). Hanya
fraksi obat yang tidak terikat(fraksi bebas) yang bertanggung jawab atas kerja
dan efek sampingnya. Karena janin/neonatus relatif kekurangan protein plasma
untuk mengikat obat-obat ini, proporsi obat bebas akan lebih tinggi dan efek
samping lebih cenderung terjadi.
Eliminasi obat-obat anestesi lokal merupakan
proses yang penting karena setiap kegagalan dalam pembersihan tubuh dari
obat-obat ini dapat mengakibatkan intoksikasi. Obat anastesi lokal dalam darah
akan dieliminasi melalui metabolisme didalam hati ibu hamil, janin atau
neonatus dan metabolitnya pada akhirnya akan dieksresikan lewat ginjal. Dalam
hal ini, pemberian obat anastesi lokal bharus dihindari padapasien gangguan
hati karena pasien ini tidak mampu memetabolisasi obat tersebut secara efektif
(BNF,2000).
LIGNOKAIN (LIDOKAIN)
Obat ini telah digunakan selama lebih dari
50tahun. Lignokain dimetabolisasi didalam hati ibu hamil, janin atau neonatus
menjadi metabolit aktif. Meskipun lama kerja dan waktu paruh lignokain/lidokain
relatif singkat (82 menit pada ibu hamil dan 95 menit pada neonatus),
metabolitnya tetap dieksresikan oleh neonatus selama 36-48jam sesudah
kelahirannya periode waktu untuk eksresi obat ini bergantung pada cara
pemberiaannya. Metabolit ini bertanggung jawab atas beberapa efektoksik yang
ditimbulkan oleh lignokain (Kuhnert,1993). Dengan pemberian yang berkali-kali
terdapat bahaya penumpukan obat.
BUPIVAKAIN (MARCAIN®)
Durasi obat ini tidak lebih lama dari
pada lignokain (dua hingga tiga jam jika disuntikkan epidural, atau delapan jam
jika diberikan sebagai penyekat/blok saraf) dan karena sifat ini, bupivakain
banyak digunakan untuk analgesia epidural dalam persalinan. Akan tetapi, pada
kecelakaan takar lajak obat, efek bupivakain memerlukan pada ibu hamil adalah
delapan jam, dan pada neonatus 18jam. Bupivakain dan metabolitnya (yang relatif
lengai) akan terus dieksresikan oleh tubuh neonatus selama 36jam sesudah
kelahirannya. Keberadaan obat dan metabolitnya yang terus-menerus dapat
menimbulkan perubahan perilaku saraf (neurobehaviural)yang
tidak jelas pada neonatus mungkin secara klinik tidak terlihat tanda yang
segnifikan (Kuhnert,1993).
Untuk mencapai tempat kerjannya (saluran
natriumdalam membran akson), obat anastesi lokal harus berdifusi lewat jaringan
disekitarnya, selubung mielin yang mengelilingi akson saraf tersebut dan
membran sel itu sendiri. Karena itu,peredaan rasa nyeri tidak akan tercapai
dalam waktu sekitar 30menit pada pemberian bupivakain yang kerjannya terlalu
lambat untuk digunakan pada banyak seksio Ceasarea emerjensi (MCHRC,2000)buku referensi:
Purba, A bdul K.R .
2014.Obat Batuk dan Nasal Dekongestan.Surabaya. Depatemen Farmakologi FK
UNAIR
0 komentar:
Posting Komentar