Jumat, 22 Juli 2016

PENGGUNAAN ANASTESI LOKAL

Obat-obat anastesi lokal dikembangkan dari kokain yang digunakan untuk pertama kalinya dalam kodokteran gigi dan oftalmologi pada abad ke-19. Kini kokain sudah digantikan dengan lignokain(lidokain), bupivakain(Marcain®),prilokain dan ropivakain. Prilokain terutama digunakan dalam preparat topikal. Obat-obat anastesi lokal memiliki peranan yang penting dalam meredakan rasa nyeri untuk jarak waktu yang singkat. Dalam kebidanan, obat-obat tersebut diberikan lewat beberapa cara:
        Topikal, misalnya pada pemasangan infus
        Subkutan/intradermal pada penjahitan luka
        Infiltrasi disekeliling serabut saraf yang tunggal, misalnya blok anastesi pudendus
        Epidural, pada permukaan duramater bagi persalinan atau seksio Caesarea
        Spinal (intratekal), kedalam cairan serebrospinal pada ruang subaraknoid(intratekal) bagi persalinan atau seksio Caesarea


BAGAIMANA TUBUH MENANGANI OBAT ANASTESI LOKAL
Tanpa bergantung pada cara pemberiaannya, obat anastesi lokal akan berjalan kedalam aliran darah dan dari situ, obat-obat ini akan dieliminasi (Catterall & Mackie, 1996). Obat anastesi lokal melintas dari tubuh ibu kedalam janinnya dan disana obat ini merupakan penyebab timbulnya efek samping pada janin. Seperti pada pemberian meperidin (petidin), pengangkutan obat lewat plasenta dan ‘keterperangkapannya’ disini akan meningkat jika janin berada dalam keadaan asidosis. Obat anastesi lokal terikat secara luas dengan jaringan tubuh dan glikoprotein alfa 1-asam (protein plasma dalam sirkulasi darah ibu dan janinnya). Hanya fraksi obat yang tidak terikat(fraksi bebas) yang bertanggung jawab atas kerja dan efek sampingnya. Karena janin/neonatus relatif kekurangan protein plasma untuk mengikat obat-obat ini, proporsi obat bebas akan lebih tinggi dan efek samping lebih cenderung terjadi.
  Eliminasi obat-obat anestesi lokal merupakan proses yang penting karena setiap kegagalan dalam pembersihan tubuh dari obat-obat ini dapat mengakibatkan intoksikasi. Obat anastesi lokal dalam darah akan dieliminasi melalui metabolisme didalam hati ibu hamil, janin atau neonatus dan metabolitnya pada akhirnya akan dieksresikan lewat ginjal. Dalam hal ini, pemberian obat anastesi lokal bharus dihindari padapasien gangguan hati karena pasien ini tidak mampu memetabolisasi obat tersebut secara efektif (BNF,2000).

LIGNOKAIN (LIDOKAIN)
  Obat ini telah digunakan selama lebih dari 50tahun. Lignokain dimetabolisasi didalam hati ibu hamil, janin atau neonatus menjadi metabolit aktif. Meskipun lama kerja dan waktu paruh lignokain/lidokain relatif singkat (82 menit pada ibu hamil dan 95 menit pada neonatus), metabolitnya tetap dieksresikan oleh neonatus selama 36-48jam sesudah kelahirannya periode waktu untuk eksresi obat ini bergantung pada cara pemberiaannya. Metabolit ini bertanggung jawab atas beberapa efektoksik yang ditimbulkan oleh lignokain (Kuhnert,1993). Dengan pemberian yang berkali-kali terdapat bahaya penumpukan obat.
BUPIVAKAIN (MARCAIN®)
Durasi obat ini tidak lebih lama dari pada lignokain (dua hingga tiga jam jika disuntikkan epidural, atau delapan jam jika diberikan sebagai penyekat/blok saraf) dan karena sifat ini, bupivakain banyak digunakan untuk analgesia epidural dalam persalinan. Akan tetapi, pada kecelakaan takar lajak obat, efek bupivakain memerlukan pada ibu hamil adalah delapan jam, dan pada neonatus 18jam. Bupivakain dan metabolitnya (yang relatif lengai) akan terus dieksresikan oleh tubuh neonatus selama 36jam sesudah kelahirannya. Keberadaan obat dan metabolitnya yang terus-menerus dapat menimbulkan perubahan perilaku saraf (neurobehaviural)yang tidak jelas pada neonatus mungkin secara klinik tidak terlihat tanda yang segnifikan (Kuhnert,1993).
  Untuk mencapai tempat kerjannya (saluran natriumdalam membran akson), obat anastesi lokal harus berdifusi lewat jaringan disekitarnya, selubung mielin yang mengelilingi akson saraf tersebut dan membran sel itu sendiri. Karena itu,peredaan rasa nyeri tidak akan tercapai dalam waktu sekitar 30menit pada pemberian bupivakain yang kerjannya terlalu lambat untuk digunakan pada banyak seksio Ceasarea emerjensi (MCHRC,2000)

buku referensi:

 
Purba, A bdul K.R . 2014.Obat Batuk dan Nasal Dekongestan.Surabaya. Depatemen Farmakologi FK UNAIR

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

BTemplates.com

luki elpa ugra. Diberdayakan oleh Blogger.

Cari Blog Ini

Bagaimana pendapat anda tentang blog saya ?

Translate

Blue Fire Pointer

Popular Posts